Minggu, 31 Mei 2009

Pemilik Keutamaan

Imam Ali As Pemilik Keutamaan 8 Nabi Ulil Adzmi



Rasulullah SAWW bersabda:

"Barangsiapa yang ingin melihat Nuh didalam tekadnya, Adam di dalam ilmunya, Ibrahim di dalam kesabarannya, Musa di dalam kecerdasannya, dan Isa di dalam kezuhudannya, maka hendaknya dia melihat kepada Ali bin Abi Thalib."
( Baihaqi dan Musnad Ahmad bin Hambal )



Al Jazairi seorang ulama ahli hadith terkemuka dalam kitab Al Anwar Al Ni’maiyyah seperti di nukil Syaikh Shaduq ra telah meredaksikan sebuah Riwayat terpercaya dari alur sanad terpercaya dan baik (tsiqah) bahwa Hurrah putri Halimah al Sa’diyyah (ibu susuan Rasul Saww) telah mendatangi Majelis Hajjal bin Yusuf Al Tsaqafi lalu duduk dihadapannya.

Hajjaj berkata : ‘Kudengar engkau mengutamakan Ali dari Abu Bakar , Umar dan Ustman’

Hurrah menjawab : ‘Bohong orang yang berkata bahwa aku hanya mengutamakan Ali atas mereka saja’

Hajjaj berkata : 'atas siapa lagi engkau mengutamakannya juga ?'

Hurrah berkata : 'Atas Nabi Adam, Nuh, Luth, Ibrahim, Musa, Daud, Sulaiman dan Isa bin maryam' (Salamullah alaihi wa sholawatullahi aj’main)

Berkata Hajjaj: ‘Celaka engkau aku telah memprotes pengutamaanmu atas ali terhadap sahabat dan sekarang engkau katakan bahwa engkau mengutamakannya atas delapan Nabi Ulil Azmi juga ?’

Hurrah menjawab : ‘Bukan aku yang mengutamakan atas para Nabi tapi sesungguhnya Allah AWJ yang telah mengutamakan atas mereka dalam al Quran

Hurrah berkata lagi : ‘Sesungguhnya Nabi Adam As telah mendekati sebuah pohon yang dilarang atasnya sedangkan Ali As telah meninggalkan seluruh kelezatan dunia yang diperbolehkan baginya, Ali As telah memilih zuhud dari dunia’

Hajjaj menimpali : ‘Sungguh indah ucapanmu Hurrah ! lalu dengan apa engkau mengutamakannya atas Nuh (as)’

Hurrah menjawab ALLAH AWJ berfirman :
“Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing)” [Qs At Tahrim ayat 10]

'Sementara Imam Ali As memiliki istri seperti Fatimah As yang ALLAH AWJ bahagia karena kebahagiaannya dan ALLAH AWJ marah karena kemarahannya'

Hajjaj memuji sungguh indah ucapanmu. Lantas mengapa engkau mengutamakannya atas Ibrahim Bapak para Nabi Khalil al Rahman (as)

Hurrah menjawab: 'Sesungguhnya ALLAH AWJ berfirman melalui lisan Nabi Ibrahim As:

“ Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu ?" Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera." [ Qs Al Baqoroh ayat 260 ]

‘Ketika itu Ibrahim melihat bagaimana bagian bagian burung terpisah pisah itu kembali menjadi empat burung yang sempurna. Sementara Amirul Mukminin As mengatakan sesuatu yang tak seorangpun diantara kaum muslimin yang menentangnya “Sekiranya disingkap untukku sebuah tabir, niscaya itu tidak akan menambah keyakinanku” dan ungkapan ini tidak pernah diucapkan seseorang sebelum Imam Ali As tidak pula sesudahnya’

Berkata Hajjaj sangat indah sekali mengapa engkau mengutamakannya atas Musa (as) ?

Hurrah menjawab : 'ALLAH AWJ berfirman melalui lisan Musa ;
“Dia berdoa : Ya tuhanku, selamatkanlah aku dari orang orang zalim itu” [Qs al Qashash ayat 21]

Sedangkan Imam Ali As telah tidur di ranjang Nabi saat malam hijrah dari mekah ke madinah dan Ali As tidak merasa takut. Sehingga turunkah ayat ini untuknya :

“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya” [Qs Al Baqoroh Ayat 207]

Berkata Hajjaj sungguh indah ucapanmu, lalu mengapa engkau mengutamakannya atas Daud (as) ?

Hurrah menjawab lantaran firmanNya Ta’ala :
“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah” [ Qs Shaad ayat 26 ]

Hajjaj bertanya ‘bagaimana Daud menghakimi ?’

Hurrah menjawab : ‘Waktu itu putusannya (dijatuhkan) diantara dua laki laki salah satunya seorang petani dan seorangnya pengembala. Domba domba pergi merumput ke sawah yang pertama. Lalu keduanya membawa persoalan itu ke daud yang lalu menjatuhkan vonis bahwa kambing kambing itu harus di jual untuk menutupi kerugian pemilik sawah sebagai ganti rugi atas segala yang rusak. Lalu sulaiman menyarankan agar menutupi kerugian dari air susu dan bulu dombanya seharga seluruh tanaman yang rusak sebagaimana difirmankan Allah Ta’ala :

“maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum” [ Qs Al Anbiya ayat 79 ]

Artinya ALLAH memberikan pengertian kepadanya tentang hukum yang benar adapun Maulana Amirul Mukminin As berkata :

“Tanyakanlah oleh kalian padaku tentang apa apa yang ada dilangit dan tanyakanlah kepadaku apa apa yang dibawah arsy bertanyalah kepadaku sebelum kalian kehilangan aku”

Dan Imam Ali As telah mengharap pada Nabi Saww pada hari Khaibar Beliau saw bersabda kepada yang hadir waktu itu : “Ali paling utama daripada kalian dan paling mengetahui daripada kalian”

Hajjaj berkata : ‘bagus sekali hurrah lalu mengapa engkau mengutamakannya atas Sulaiman (as)’

Hurrah menjawab : ‘Sulaiman telah meminta kepada ALLAH sebuah kerajaan yang besar’
“Ia berkata: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi." [ Qs Shaad ayat 35 ]

Sedangkan Maulana Ali As berkata : “Wahai dunia sungguh aku telah menalak tiga kamu tidak ada raj’ah (kembali) untukku pada dirimu” kemudian ALLAH AWJ menurunkan ayat :
“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa” [ Qs Al Qashash ayat 83 ]

Hajjaj berkata : ‘bagus, bagus sekali Hurrah lalu mengapa engkau mengutamakannya atas Isa putra Maryam (as)

Hurrah menjawab : ‘Sesungguhnya ALLAH AWJ telah mengutamakan Amirul Mukminin Ali As atas Isa putra maryam dimana dia berfirman kepada Isa :

“Wahai isa putra maryam adakah kamu mengatakan kepada manusia : ‘Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain ALLAH? Isa menjawab : Maha Suci engkau “ [Qs Al maidah ayat 116]

Adapun Imam Ali As telah dianggap Tuhan oleh kaum GHULAT sebagai Tuhan tapi ALLAH AWJ tidak mencelanya’

Hajjaj berkata : ‘Bagus sekali engkau wahai Hurrah! sungguh engkau telah memberikan jawaban dengan benar. Sebab kalau tidak niscaya aku akan perlakukan kamu dengan cara lain’

Lalu Hajjaj memberikan Hurrah hadiah dan Hurrah keluar dengan penuh penghormatan dri majelis tersebut

Allohumma Sholli ala Muhammaddin Wa Aali Muhammad At thoyyibinna Thohirin…

Senin, 25 Mei 2009

Mengimani Kenabian

Karena lawan dhalim itu adalah adil, semantara definisi adil menurut Imam Ali as adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya, maka deduksinya adalah yang tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya adalah dhalim. Mereka yang melakukan homoseksual dan lesbian pada hakekatnya tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya, mereka menempatkan syahwat mereka ditempat yang tidak selayaknya, maka mereka itu adalah pelaku kedhaliman yang nyata.

Mengimani Kenabian

Narasumber: Ali Bafagih

Moderator: Mukhlisin Turkan

Transkip: Ali Redho Al-Hamid

Untuk mempelajari Islam maka kunci utama yang harus di pelajari adalah prinsip-prinsip dasar dalam Islam. Kalau kita melihat dari dalih yang diungkapkan oleh Islam Liberal, maka akan kita dapati kerapuhan dalam memahami pondasi agama. Ungkapan bahwa Nabi Luth as kecewa terhadap kaumya adalah ungkapan yang keluar dari seseorang yang rapuh dan gagal dalam memahami konsep kenabian, sementara kenabian adalah pondasi dalam Islam. Begitulah muqaddimah Ali Bafagih dalam membahas Kenabian Adalah Prinsip Agama.

Dari sini Ali Bafagih memulai diskusinya dengan mendefinikan nabi. Dikatakan nabi adalah seseorang yang diutus oleh Allah swt untuk memberi petunjuk kepada manusia dan makhluk Allah swt agar mereka mampu mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan. Atas dasar definisi datas maka seorang nabi harus mendapatkan kesempurnaa dan makrifah ilahiah tanpa perantara terlebih dahulu.

Dengan berpijak pada definisi diatas Ali Bafaqih mengutarakan 7 unsur penting yang ada pada seorang nabi.

Ketujuh unsur tersebut adalah:

1. Nabi haruslah dari jenis manusia dan bukan dari makhluk Tuhan lainnya, karena manusia adalah ciptaan Allah swt yang paling sempurna dari segala demensi.

2. Nabi adalah seseorang yang diutus oleh Allah swt. Jika tanpa pengutusan ilahiah ini maka, seseorang tidak bisa dikatakan sebagai nabi.

3. Nabi sebagai petunjuk untuk manusia dan makhluk lainya, kaerna misi diutusnya seorang nabi adalah untuk memberi petunjuk kepada manusia dan makhluk lainnya. Disinilah letak kehakiman Allah swt, Allah swt tidak melakukan suatu pekerjaan tanpa hikmah atau kabaikan dibaliknya, sementara salah satu hikmah dari pengutusan seorang nabi adalah memberi hidayah kepada makhluk.

4. Keharusan makrifah ilahiah yang harus ada pada nabi.

5. Makrifah ilahiah haruslah datang dari Allah swt bukan dari orang lain, dari sini bisa dikatakan bahwa apa yang ada pada nabi berasal dari Allah swt.

6. Seorang nabi mempunyai tanggungjawab untuk menyampaikan kepada makhluk apa yang dia dapatkan dari Allah swt agar mereka bisa sampai pada kesempurnaan dan kebahagiaan.

7. Tanpa perantara. Yakni seorang nabi untuk mendapatkan atau menyampaikan hidayahnya tanpa melalui perantara dari siapapun. Nabi mendapatkannya lansung dari Allah swt, jadi tanpa belajar dari orang lain.

Setelah mendefinisikan nabi dan unsur-unsur yang harus ada pada nabi, Ali Bafaqih berusaha membahas secara global filsafat tujuan dari seorang nabi.

1. Nabi diutus sebagai petunjuk yang sah bagi manusia.

2. Untuk memberikan pengajaran kepada manusia.

3. Untuk membenahi segala kekurangan-kekurangan.

4. Penyempurna agama.

5. Menjadi hakim diantara makhluk dan manusia.

6. Mendirikan pemerintahan,

7. Memberikan peringatan, atau pemberi kabar buruk kepada pelaku kesalahan, tentang dosa dan balasan yang akan didapat .

8. Pemberi kabar baik tentang adanya pahala disisi Allah swt

9. Memberangus segala jenis kedhaliman dan kefasadan.

Berkaitan dengan kasus Musdah Mulia atas legalitas homoseksual maka Ali Bafaqih menyimpulkan dari poin-poin diatas bahwa, homoseksual adalah salah bentuk dari kefasadan sekaligus kedhaliman. Kenapa demikian..? karena dampak negatif yang luar biasa yang dihasilkan dari perbuatan asusila itu. Dan yang paling mengerikan adalah dampak psikologi dari pelaku sekaligus masyarakat setempat. Ada banyak dampak negatif ketimbang positifnya yang dihasilkan dari penyimpangan seksual ini.

Homoseksual dan lesbian adalah bentuk dari kedholiman kepada diri sendiri, minimal psikologis pelakunya. Kasus Rian adalah bentuk dari pendholiman atas diri sendiri dan sekaligus mendholimi lingkungan. Dan inilah yang diinginkan oleh Musdah Mulia. Musdah Mulia menginginkan generasi Indonesia adalah generasi yang seperti Rian. Generasi pembunuhkarakter pribadinya sekaligus membasmi karakter masyarakatnya. Inilah tujuan asli dari legalitas homoseksual dari Musdah Mulia. Tandas Ali Bafaqih berapi-api.

Lebih lanjut Ali Bafaqih mengutarakan bahwa tujuan diutusnya Nabi Luth as adalah untuk menghidayahi kaumnya sekaligus melawan kedhaliman dan kefasadan. Dan kebencian Nabi Luth as adalah kebencian Allah swt juga. Mengingat definisi dan unsur penting yang ada dalam kenabian.

10. Tujuan yang ke sepuluh adalah mengarahkan manusia kepada tauhid. Seluruh nabi yang diutus oleh Allah swt dari Nabi Adam as sampai Nabi terakhir kita Muhammad saw adalah emmpunyai misi yang sama yaitu menyeru kepada Tauhid.

Dalam akhir diskusinya Ali Bafaqih menyingung tentang Ismah [Kemaksuman]. [Pembahasan Ismah telah dibahas oleh Ammar Fauzi Heryadi, insyaAllah segera kita postingkan ke situs ini].

Pada sesi tanya jawab, Mukhlisin Turkan sekaligus moderator diskusi mengawali pertanyaan masalah dholim. Satu perbuatan itu bisa dikatakan dholim adalah ketika mempunyai dampak negatif bagi pelaku sekaligus orang sekitarnya, padahal Musdah Mulia ketika menghalalkan perbuatan asusila tersebut berdasarkan atas suka sama suka, dan tidak ada pihak yang dirugikan, bagaimana mungkin ini bisa dikategorikan sebagai perbuatan dhalim. Begitu juga di Eropa dan Amerika pelaku asusila ini dialokasikan ketempat sendiri sehingga masyarakat umum tidak akan bisa masuk ke sana apalagi menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat.

Menjawab pertanyaan ini Ali Bafaqih mengatakan bahwa dengan dialokasikannya mereka itu menunjukkan adanya dampak yang negatif terhadap masyarakat. Kalau tidak ada dampak negatifnya kenapa mereka mesti dialokasikan..? meskipun dalih mereka atas dasar suka sama suka. Kalau boleh saya bertanya sama Musdah Mulia, apakah rela anaknya melakukan perbuatan homoseksual atau lesbian dan apa reaksi dia secara psikologis terhadap lingkungan sekitarnya..?. Kalau Musdah Mulia menjawab it,s no problem, maka dia telah mendholimi hati nuraninya. Maka dengan segera dia harus menanggalkan ke-NU-anya dan ke-Fatayat-annya. Tegas Ali Bafaqih

Mukhtar Lutfi juga menimpali bahwa, keliberallan seseorang yang mengusung jargon liberalisme hanya dibatasi satu hal, yaitu pokoknya tidak menganggu seseorang, atau dibatasi satu hal yaitu tidak menganggu orang lain. Kalau mereka mendefinisikan dhalim dari kaca mata liberal adalah menyakiti atau menganggu orang lain, maka definisi dhalim harus di perjelas. Karena lawan dhalim itu adalah adil, semantara definisi adil menurut Imam Ali as adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya, maka deduksinya adalah yang tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya adalah dhalim, mereka yang melakukan homoseksual dan lesbian pada hakekatnya tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya, mereka menempatkan syahwat mereka ditempat yang tidak selayaknya, maka mereka itu adalah pelaku kedhaliman yang nyata. Tandasnya

Saiful Yusuf yang pendiam mencoba mengambarkan kondisi pelaku homoseksual dan lebian. Menurut Saiful, Musdah Mulia itu jatuh kedalam kepintarannya, karena dia tidak sadar bahwa dia itu terlahir bukan dari hasil hubungan lesbi apa lagi homo. Lalu Saiful Yusuf yang kita kenal dengan sebutan Mang Ucup itu mencoba mengambarkan kondisi pelaku asusila tersebut berdasarkan pengalaman pribadinya, dikatakannya: “Menurut perbincangan saya dengan seorang teman saya yang seorang homo, dia bilang kalau mereka orang-orang yang homo atau lesbi itu setelah mereka melakukan hubungan pasti akan terjadi pertengkaran, karena salah satu dari mereka harus ada yang memerankan laki-laki dan perempuan. Nah, pada saat itu timbul rasa tidak puas ketika seseorang yang seharusnya menjadi laki-laki, eh.. dia maunya menjadi perempuan. Maka dari sini akan timbul ketidakpuasan, dan ketidakpuasan itu akan menjadi penyebab pembunuhan.”. Mang Ucup juga berkata kalau orang yang melakukan homo dan lesbi tingkat kecemburuannya sangat tinggi sampai-sampai mereka rela untuk mempertahankan pasangannya dalam pelukan dengan membunuh saingannya. Seperti yang terjadi pada kasus Rian.

Mang ucup terus memperjelas, kalau emang yang pengen dicari laki-laki atau perempuan kenapa sih… harus melakukan hal tersebut orang fitrahnya mereka sendiri mencari laki-laki atau perempuan kok, kenapa harus menjadi laki-laki atau perempuan sedangkan sudah ada laki-laki atau perempuan yang asli bukan laki-laki yang dijadikan perempuan atau sebaliknya. Jadi kesimpulanya menurut Mang Ucup, mereka yang melakukan homoseksual ataupun lesbian tetap mempunyai fitrah ingin adanya seorang laki-laki, dan perempuan. Oleh karena itu sebisa mungkin adalah mengarahkan mereka kepada kebaikan bukannya melegalkan perbuatan tersesat tersebut seperti Musdah Mulia, tegas Mang Ucup.

Sejarah Kaum Terkutuk

Yang aneh dan mengherankan adalah dalil atas ijtihad Musdah Mulia yang mengatakan bahwa: “Sejauh yang saya tahu, Al-Quran tidak memberi jawaban yang jelas. Tetapi kebencian Luth terhadap kaum homo di samping karena faktor kecewa karena tidak berhasil menikahkan kedua putrinya, juga karena anggapan Luth yang salah terhadap kaum homo”. Aneh memang jika Musdah Mulia menyimpulkan demikian, padahal Al Quran dengan jelas dan gamblang telah memberikan jawaban bahwa mereka [kaum Luth, red] adalah kaum yang terkutuk, karena apa mereka itu terkutuk…? Jelas sekali Al Quran memberikan jawaban itu.

Materi: Menengok Sejarah Kaum Terkutuk
Narasumber: Muhammad Ridho Al Habsyi
Moderator: Mukhlisin Turkan
Transkip: Ali Ridho Al Hamid


Dalam Al-Quran disebutkan bahwa nabi Luth as adalah saudara dari Nabi Ibrahim as, dia adalah seorang yang dikenal pemberani dalam menyampaikan kebenaran, Nabi Luth as diutus Allah swt untuk memberikan hidayah kepada kaum Sadum. Kaum Sadum atau kaum Luth adalah kaum yang dikenal sangat bobrok dari semua dimensi kemanusiaan, akidahnya, akhlaknya dll. Mereka adalah kaum yang suka merampok, mendholimi sesamanya dan yang paling mengerikan adalah mereka gemar melakukan hal-hal yang tidak lazim dilakukan oleh seorang manusia dimuka bumi bahkan binatang buas sekalipun. Mereka gemar melakukan hubungan seksual dengan sesama jenis. Dan inilah permulaan dari satu kaum terkutuk yang memulai perbuatan terkutuk atas dasar suka sama suka dan atas dasar tidak mendhalimi orang lain. Begitulah muqadimah ngaji lesehan yang dibawakan oleh Ridho Al Habsyi.

Selanjutnya dia mengutip ayat Al Quran. Surat Al-araf ayat 80. "Dan (kami juga mengutus) Luth kepada (kaumnya), (ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya: “Mengapa kalian melakukan perbuatan fasyiah atau buruk itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu?”. Nabi Luth as di utus oleh Nabi Ibrahim as untuk pergi ke kota Sadum, tempat dimana kaum luth hidup. Dalam riwayat disebutkan beliau disana selama 30 tahun. Kaum Luth mengetahui bahwa Luth as adalah seorang nabi utusan Allah swt dan mereka juga mengetahui bahwa saudara Nabi Luth as yaitu Nabi Ibrahim as yang mengutusnya agar memberikan peringatan akan adanya azab Allah swt adalah seorang nabi Allah swt juga.

Lalu setelah bercerita panjang lebar tentang sejarah pasca diutusnya seorang nabi kesana dan sesudahnya kepada kaum terkutuk itu, narasumber berusaha menjelaskan bukti-bukti perangai bobrok dan dekandensi moral kaum Luth as, berdasarkan ayat-ayat Al Quran, berikut ini adalah bukti-bukti nyata itu.

1. Kaum luth adalah kaum yang melampaui batas atau “musrifun”. Qs Al araf ayat 81. “Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita , malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas”.

2. Kaum luth adalah kaum yang ingkar “munkarin”. Qs Al Hijr, ayat 61 dan 62. “Maka tatkala para utusan itu datang kepada kaum Luth beserta pengikut-pengikutnya”,. Ia berkata : “Ssesungguhnya kamu adalah orang-orang yang tidak dikenal”.

3. Kaum luth adalah kaum yang jahat “faasiqun”. Qs Al- Anbiya ayat 74. “Dan kepada Luth Kami telah berikan ilmu dan hikmah , dan telah Kami selamatkan dia dari (azab yang telah menimpa penduduk ) kota yang melakukan perbuatan keji. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik”.


4. Kaum luth adalah kaum yang melampaui batas “addun”. Qs As-syuara ayat 166. “Dan kamu tinggalkan Istri-istri yang dijadikan tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas”.

5. Kaum Luth adalah kaum yang bodoh “tajhalun”. Qs An-naml ayat 55. “Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu(mu), bukan (mendatangi) wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu)”.

6. Kaum Luth adalah kaum yang gemar berbuat kerusakan dimuka bumi “mufsidin”. Qs Al-ankabut ayat 30. Luth as berdoa: “Ya tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat kerusakan itu”.

7. Kaum Luth adalah kaum yang melakukan perbuatan munkar dengan terang-terangan. Qs. Al-ankabut ayat 29. “Apakah sesungguhnya kamu patut mendatangi laki-laki, menyamun dan mengerjakan kemunkaran di tempat-tempat pertemuanmu? Maka jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan: datangkanlah kepada kami azab Allah swt jika kamu termasuk orang-orang yang benar”.

Tujuh poin penting diatas adalah bukti nyata kerusakan dan bobroknya masyarakat yang demen berhubungan seksual dengan sesama jenis. Dan itu sifat-sifat yang ada dalam Al Quran diatas terjadi sebelum diutusnya seorang nabi ke sana.

Yang aneh dan mengherankan adalah dalil atas ijtihad Musdah Mulia yang mengatakan bahwa: “Sejauh yang saya tahu, Al-Quran tidak memberi jawaban yang jelas. Tetapi kebencian Luth terhadap kaum homo di samping karena faktor kecewa karena tidak berhasil menikahkan kedua putrinya, juga karena anggapan Luth yang salah terhadap kaum homo”. Aneh memang jika Musdah Mulia menyimpulkan demikian, padahal Al Quran dengan jelas dan gamblang telah memberikan jawaban bahwa mereka [kaum Luth, red] adalah kaum yang terkutuk, karena apa mereka itu terkutuk…? Jelas sekali Al Quran memberikan jawaban itu. Tegas narasumber berapi-api.

Sejenak Ridho Al Habsyi membuka saf-saf Al Quran dan menjelaskan keadaan kaum Luth kaum terkutuk, kaum yang menjijikkan, kaum yang gemar bersegama dengan sesama jenis.

Berikut ini adalah dalil Al Quran sesudah diutusnya Luth as kepada kaum Sadum.

1. Kaum Luth adalah kaum yang mengingkari dan mendustakan kenabian Nabi Luth as, QS Asyuara ayat 160. “Kaum Luth telah mendustakan rasul-rasul”.


2. Kaum Luth adalah kaum yang membenci kesucian dan suka mengolok-olok Nabi Luth as dengan menyematkan label “sok suci” kepada Nabi Luth as. QS Al Araf ayat 82. : “Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini, sesungguhnya mereka adalah orang yang berpura-pura mensucikan diri”.

Dalam akhir ngajinya, Narasumber bertanya, kenapa Musdah Mulia tidak membaca sejarah dan mengkaji lagi Al Quran dengan teliti dan tiba-tiba berijtihad dari kantongnya sendiri. Kenapa Musdah Mulia tidak mengkaji, kenapa Allah swt menurunkan azab kepada kaum luth?, Kenapa Musdah Mulia tidak mengambil pelajaran penyebab Allah swt menurunkan azab kepada kaum Luth? Apa hanya karena “pesanan” orang lain atau karena kejengkelanya terhadap umat Islam dan hukum-hukum Islam yang dari kaca mata dia, poligami itu merusak kaum hawa..? Atau dengan alasan persamaan gender dan pembenarannya maka dia merubah tafsir Al Quran dari kantongnya?.

Semoga kita terlindungi dari godaan syetan terkutuk. Semoga bangsa kita, bangsa Indonesia yang kita cintai yang sudah babak belur ini masih bisa mempertahankan generasi mudanya untuk selalu menjaga kesucian jiwa, menjaga kesucian badan mereka dari perbuatan zina dan terhindar dari perbuatan yang menjijikan [lesbian dan homoseksual].

Semoga Allah swt bersegera menghancurkan kaum durhaka dan kaum yang mengingkari utusan-utusanNya, bihaqqi Muhammad wa Al Muhammad. Wassalam wr wb.

Jumat, 22 Mei 2009

Umar Tidak Menikahi Ummu Kulthum Binta Ali As


Sebagian orang dengan tanpa lelah berusaha terus menerus merendahkan posisi dan kemuliaan Ahlulbayt dan Kesucian keluarga rasul Saww.

Bahkan sebagian lainnya tanpa ragu menjadi penerus kesalahan sejarah dengan bangga dan busung dada.

Disamping fitnahan atas imam Ali As yang menurut ‘sejarah miring’ bahwa beliau –difitnah- menikahi putri Abu jahal. Demi mendukung hujjah mereka tuk menyelamatkan nama baik dua syaikh saat terkena pasal ketidak ridhoan Az Zahro As

Ar Rasul Saww : "Keridoan Fatimah adalah keridhoan ALLAH, kemurkaan Fatimah adalah kemurkaan ALLAH"

Yang pembahasan mengenai hal tersebut akan di urai dalam bab berikutnya.

Satu point yang akan dibahas kali ini adalah kesalahan fundamental berkali kali dari sejarah yang beredar di umum hasil ‘karya besar’ ulama Ummayah demi membuat bangga leluhur Ummayah yang mati di badar adalah :

TUDUHAN BAHWA PUTRI SUCI IMAM ALI AS, UMMU KULTHUM AS MENIKAH DENGAN UMAR BIN KHOTTOB

Kitab sejarah Abul fida volume 1 halaman 171 dan Al Faruq Shibli Numani Vol II halaman 593 sama sama meredaksikan :

"Pernikahan Umar dengan ummu kulthum berlangsung pada tahun 17 hijriyah saat ummu kulthum berusia 5 atau 4 tahun. Dengan dasar ini diyakini bahwa tahun kelahiran ummu kulthum adalah 12 atau 13 hijriyah."

Sesungguhnya dalam riwayat yang dibawakan kedua sejarahwan diatas terdapat beberapa kejanggalan bila mengacu pada riwayat yang di redaksikan Bukhari :

"Sayyidah Fatimah As meninggal 6 bulan setelah wafatnya rasulullah Saww dan beliau As meninggal pada tahun yang sama dengan tahun meninggal Rasulillah Saww yaitu 11 hijriyah, sementara ummu kulthum putri imam Ali as lahir pada tahun 9 hijriyah."

Analisa 1 :
Dengan dasar ini adalah tidak mungkin ia adalah ummu kulthum yang sama.
Sejarahwan sunni mencantumkan kelahiran ummu kulthum yang menikah dengan umar tahun 12 atau 13 hijriyah

Sementara bukhari mencantumkan tahun kelahiran putri Imam Ali As tahun 9 hijriyah.
Tidak akan pernah mungkin pribadi yang belum lahir menikah dengan Pria Dewasa

Paparan :
Kesucian Ahlulbayt terus terjaga dengan pernikahan wanita wanita mereka dengan sesama bany hasyim

Umar bin khottob mempunyai 7 orang istri, yang pertama bernama zainab saudari dari uthman bin mazun

Istri yang kedua bernama qariba putri dari Ibn Umait al makzami dan saudara dari Ummul mukminin ummu salamah ra. Qariba bercerai dari umar pada tahun 6 sebelum masehi setelah perjanjian hudabiyah

Istri ketiga bernama malaika anak dari jarul al khuzai yang juga dipanggil Ummu kulthum, karena ia menolak islam maka malaika (ummu kulthum binta jarul) ini pun di ceraikan pada tahun yang sama (tahun 6 sebelum masehi)

Istri yang ke empat bernama jamila anak dari Asim bin Thabit. Nama asli jamila adalah Asya yang kemudian oleh Rasul Saww diganti rasul Saww menjadi jamila saat ia di dalam ISLAM.

Istrinya yang lain adalah ummu hakim anak dari Al harith bin hisyam al makhzumi dan lainnya adalah Fukhia yamania dan Atika putrid dari zaid bin Amr bin nafil
[Al Faruq - Volume II by Shibli Numani English Translation]

Analisa 2 :
Redaksi dalam kitab al faruq diatas mencantumkan nama ummu kulthum/malaika binta jarul yang juga merupakan istrinya yang ketiga namun telah diceraikan sesaat setelah perjanjian hudabiyah

Lalu siapa yang di nikahi umar kemudian yang juga di sebut ummu kulthum…?

Untuk ini kita akan tengok sebuah sejarah yang juga diawali dari Hadith Suci Al Musthofa Saww bahwa “Abu bakar dipersaudarakan dengan Umar dan Imam Ali As dipersaudarakan Dunia wal akhirat dengan Rasulillah Saww”

Abu bakar mempunyai beberapa Putri selain ummul mukminin Aisyah. Perincian nama namanya bisa di jumpai pada Tarikh Tabari vol 3 hal 50, Tarikh kamil vol 3 hal 121, al isaba ibn hajar al asqalani vol 3 hal 27, dinulikkan bahwa Abu bakar mempunyai seorang putri bernama Ummu kulthum

Abu bakar meninggal pada tahun 13 hijriyah, dan usia pernikahan ummu kulthum binta abu bakar saat menikah adalah 4 tahun (17 h)

Aisyah adalah putri tertua Abu bakar, dengan meninggalnya Abu bakar, umar memberikan ummu kulthum kepada Aisyah sebagai penanggung jawabnya, seperti di redaksikan Tarikh khamis vol 3 hal 267, Tarikh kamil vol 3 hal 21 dan Al istab ibn bdul barr vol 2 hal 795

Kesimpulan :
Dengan demikian diperoleh kesimpulan bahwa umar bin khottob menikahi Ummu kulthum binta Abi Bakar melalui Aisyah dan bukan Ummu kulthum binta Ali as.

Pernikahan Umar dengan ummu kulthum binta Abu bakar terjadi pada tahun 17 Hijriyah
Sesuai dengan Kitab sejarah Abul fida volume 1 halaman 171 dan Al Faruq Shibli Numani Vol II halaman 593 sama sama meredaksikan :

"Pernikahan Umar dengan ummu kulthum berlangsung pada tahun 17 hijriyah saat ummu kulthum berusia 5 atau 4 tahun. Dengan dasar ini diyakini bahwa tahun kelahiran ummu kulthum adalah 12 atau 13 hijriyah."

Tambahan :
Dalam thabari vol 12 hal 15, Tarikh Khamis vol II hal 318 dan Al Istiab Ibn Abdu; Barr Vol 2 hal 795 diredaksikan :

"Ummu kulthum yang di nikahi Umar bin khattab meninggal sebelum tahun 50 hijriyah, hasan bin Ali As, Abdullah bin Umar dan Sa’ad bin Abi Waqash diminta umar tuk menyolatinya. Sejarah mencatat bahwa ummu kulthum binta Ali As ikut dalam rombongan karbala dan menjadi saksi pembantaian Putra Suci As Syahidu Syabab As pada tahun 61 hijriyah. Dan juga sejarah mencatat bahwa setelah peristiwa duka tersebut Ummu kulthum binta Ali As menikah dengan Abdullah bin Jafar At thayyar."

Catatan kecil :
Hubungan Umar dengan ahlulbayt tidak lah mulus dengan diketahuinya penyerangan Rumah Ahlulbayt dan pendrobakan pintu rumah Imam Ali As sehingga menyebabkan keguguran janin Al Muhsin As. Serta Persaksian Sayyidah Fatimah As yang diredaksikan Muslim bahwa Beliau As tidak meridhoi keduanya akibat perbuatan zalim mereka kepada Ahlu Kisa As.