Haji Abdul Malik bin Karim Amrullah, atau lebih dikenal dengan HAMKA. Sebuah singkatan yang cerdas. (jauh mendahului singkatan zaman sekarang seperti "SBY"). Beliau dilahirkan 15 Februari 1908, artinya kurang lebih 100 tahun yang lampau...
Buya begitu biasa orang memanggilnya banyak sekali menelurkan karya2 fenomenal, mulai dari karya sastra, filsafat, apalagi masalah-masalah agama seperti aqidah, fikih, dan tasauf. Beliau adalah ulama yang ilmuan dan sekaligus ilmuwan yang ulama... (Lho bukannya ilmuwan dan ulama berasal dari kata yg sama? 'ilm' artinya ilmu, orang berilmu 'alim' jamaknya ulama. Ilmuwan juga orang berilmu? Ah, entahlah yang jelas dalam bahasa Indonesia memang keduanya bermakna beda...)
Dua buah roman cinta karya beliau "Dibawah Lindungan Ka'bah", dan "Tenggelamnya kapal Van Der Vijk", ceritanya yang berisi kisah cinta abadi, sungguh menyentuh dan mengharukan. Entah kenapa kisah cinta dalam karya2 beliau cenderung berakhir tragis. Sehingga menimbulkan rasa haru yang dalam. Yang menarik, karya2 beliau selalu menampilkan surat2 cinta itu secara panjang lebar, dengan bahasa yang indah...
Buku2 beliau di bidang agama jangan ditanya lagi, namun ada satu karya yang sangat monemuntal, yaitu "Tafsir Al-Azhar", yang barangkali merupakan tafsir Quran karya bangsa Indonesia yang pertama dalam bahasa Indonesia. Memang ada juga tafsir karya Ulama sebelumnya seperti Tafsir Al-Ibriz karya KH Bisri Mustafa (ayahanda KH Mustafa Bisri), namun karya ini menggunakan bahasa Jawa Pegon. Tafsir Al-Azhar ini memang lain dari yang lain, selain bercorak kontekstual, yaitu mengkaitkan dengan kejadian dalam konteks kekinian, juga sangat sastrawi. Bahasanya indah, dan sering menggunakan aspek2 sastra, seperti syair pepatah. Tafsir Al-Azhar buya selesaikan di dalam penjara, ketika Presiden Soekarno (saat itu) memenjarakan beliau karena pandangan2nya yang tidak sejalan.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan Buya menjadi seorang yang sangat istimewa di Negara ini :
Pertama, ilmu beliau didapat secara otodidak. Namun, keilmuannya tidak dipungkiri melebihi, paling tidak setara, dengan yang diperoleh dari universitas. Gelas Doktor HC (dari Universitas Al-Azhar) dan profesornya menunjukkan diakuinya keilmuwan beliau. Ini mengajarkan, untuk selalu belajar dari diri sendiri walau harus sendiri. Karena ilmu adalah milik kaum beriman, apa pun ilmu itu...
Kedua, kemampuan beliau untuk meletakkan agama secara proporsional.Beliau sering memberi jalan tengah atas berbagai kecenderungan. Misalnya antara kecenderungan rasionalis dan literalis atau anti dan pro tasauf. Beliau adalah ulama yang sangat rasional, namun selalu berpijak pada aspek2 tekstual. Terhadap tasauf, misalnya, beliau memberi jalan tengah antara kelompok anti tasauf, yang kebanyakan dari kalangan modernis, dan pro-tasauf, yang kebanyakan dari kaum tradisional. Beliau memberi nama itu sebagai "tasauf modern".
Ketiga, kemampuan beliau meramu berbagai ilmu secara indah dalam Islam. Kalau kita membaca buku2 beliau, nampak sekali nuansa keluasan ilmu beliau dalam mengkaji sesuatu. Khusus terhadap ilmu sastra beliau adalah salah satu pelopor sastra Islami di Indonesia. Sesuatu yang tidak banyak dimiliki oleh ulama di Indonesia.
Keempat, beliau adalah ulama yang sangat terbuka kepada semua pemikiran. Kalau kita baca Tafsir Al-Azhar, misalnya, beliau tidak ragu2 menyebut pendapat kalangan lain seperti Syiah, misalnya. Dan analisis beliau bukanlah dalam rangka menyesatkan mereka.
Kelima, beliau adalah ulama yang konsisten terhadap pendapatnya, walau harus menerima akibatnya. Seperti ditahan oleh Presiden Sukarno... Atau yang terkenal, adalah memilih mengundurkan diri dari jabatan ketua MUI, ketika harus merubah fatwa tentang Natal Bersama. Ini menjadi simbol sikap istiqamah hingga kini...
Keenam, sikap toleran beliau terhadap berbagai masalah khilafiah. Beliau adalah seorang ulama Muhamadiyah. Namun, kalau kita baca buku2 beliau, nampak bahwa beliau sangat terbuka dan toleran terhadap masalah khilafiah. Masalah qunut, lafal ushali, adzan dua kali dalam shalat jumat, segala macam, tidaklah menjadi tema bagi beliau untuk saling membid'ahkan, atau menyesatkan, seperti sebagian orang belakangan ini.
Malah, kalau kita baca di tablod "Dialog Jumat" Republika tanggal 15-02-08. Dalam salah satu kolom, terdapat beberapa kisah toleransi beliau. Di antaranya, ketika memimpin shalat shubuh, menanyakan dulu kepada jamaah mau pakai qunut atau tidak? Jika jamaah menginginkan pakai, beliau akan memakai qunut. Ketika beliau mengundang KH Abdullah Syafi'i (tokoh Nahdliyin) sebagai khatib, adzan jumat dilakukan dua kali...
Karenanya, menurut saya, apa pun mazhab kita... Kita tetap bisa belajar dari ulama besar dari Minang ini, Buya HAMKA... Semoga Allah merahmati beliau, dan menempatkan beliau di tempat yang mulia di sisi Allah SWT... Amien..
Berikut petikan beberapa Komentar mengenai Beliau:
Wah saya hanya bisa menulis Buya Hamka dimata Ayah saya, boleh kah?
Ayah saya ulama Perti, sedangkan buya Hamka orang Muhammadiyah. Tetapi di rumah, beliau selalu bercerita tentang sosok buya Hamka yang santun tidak seperti kebanyakan generasi muhammadiyah kala itu yang merasa diri lebih moderat dari orang Perti. Kata ayahku, belajarlah ke pada Hamka jangan lihat anak-anak muhammadiyah yang kebanyakan BANGANG itu. Di rumah kami juga banyak sekali koleksi karya buya Hamka. Sampai-sampai beberapa orang berbisik kalau ayah saya seorang Perti yang muhammdiyin heheh.
Assalamu'alaikum...
bagi Buya, bukan kelompok-kelompok itu yg terpenting, tapi Islam..
Beliau memang selalu toleran, rendah hati..dan bahkan bertanya ke Jama'ah, apakah subuh mau qunut atau tidak..atau taraweh mau 11 raka'at dgn witir atau 23 raka'at...
Pokok pemikiran beliau adalah bagaimana anak muda itu menyenangi Islam secara mendalam..Luar biasa memang
Gak kayak orang2 sekarang yg lebih mementingkan kelompoknya..hehehe
mhn maaf
assalamu'alaikum..
Buya, begitu panjang dan berliku pengalaman spiritualmu..pahit dan getir adalah sama nilainya,cinta dan benci hanyalah sebuah rasa,kau tuliskan karya2 mu begitu indah dan menyentuh jiwa..
Akhirnya, satu kata adalah "Damai Dunia"..
Kutuliskan untukmu di sudut malam yang sunyi teriring doa kutitipkan pada NYA....
Buya Hamka teman ayah saya Andjar Asmara demi kebenaran dan keadilan buya sanggup dipenjarakan oleh Soekarno,saya salut.. beliau adalah insan yang satu kata dan perbuatan.Mudah2an arwahnya mendapatkan tempat yang terbaik disisi Allah SWT.
Pramoedya ananta toer sering menjelek2kan karangan2 buya, kadang mengandung fitnah. Soekarno pernah mempenjarakan beliau...namun semua itu tidak meninggalkan dendam dihati beliau, bahkan disaat pramoedya ananta toer ingin memiliki menantu seorang muallaf,pramoedya ananta toer menyuruh calon menantunya tersebut belajar agama islam kepada beliau dan disambut dengan tangan terbuka. Dan juga saat soekarno meninggal, beliaulah yang menjadi imam saat jenazahnya dishalatkan..
ulama yang berbudi luhur....
inget buya hamka inget sayid qutb sama2 menghasilkan karya tafsir dibalik jeruji besi.... subhanalloh
di dalam diri Seorang ulama menampilkan berbagai visi dalam manfaat, namun semua tergantung pada setiap umat dalam menafsirkan, penafsiran yang keliru akan mampu menyesatkan aqidah umat itu sendiri, sosok Buya HAMKA dengan multi karakter akan disertai berbagai penafsiran dan sikap yang terilhami, namun untuk mempersempit penafsiran namun tidak menjebak kearah ke khufuran maka pandanglah dari apa yang pernah beliau lakukan dalam upaya syiar Islam itu sendiri serta karya-karya besarnya yang sangat-sangat bermanfaat bagi umat, Buya itu sendiri menggambarkan seorang pejuang dalam agama namun memiliki kecerdasan bak ilmuwan, dengan ide dan tulisannya menjadi ilham bagi banyak orang, Buya Kau Pantas mendapatkan yang Terbaik di Sisi Allah SWT
dengan kemampuannya menguasai 12 macam ilmu tentang penafsiran AL QUR'AN maka tafsir AL AZHAR yang beliau tulis dapat diyakini kesahihannya..Indonesia membutuhkan kembali sosok seperti buya untuk kita belajar bahwa mendebatkan perbedaan mahzab dalam Islam hanya akan membawa Islam kedalam perpecahan..satu hal yang sangat diinginkan oleh agama lain diluar Islam..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar