Jumat, 26 Desember 2008

Menyelamatkan Bahasa



Abul Aswad Ad-Dualy adalah seorang sahabat Rasulullah saaw. Dan sangat dekat dengan Imam Ali as. Tampaknya ia sengaja belajar, menimba ilmu dari Imam Ali.

Suatu malam, dalam perjalanannya, Imam Ali dan Abul Aswad melihat seorang bocah sedang bermain di depan rumahnya. Tiba-tiba sambil memandangi langit, anak itu berteriak: “Ma akhsanus-samaa’u yaa abiy.*(Secara harfiah berarti:Apa yang indah di langit ini, wahai ayah?) “Nujuu-muhaa* (Artinya :bintang-bintangnya) “Jawab sang ayah dan dalam. Tetapi, meski sudah dijawab, sang anak kembali mengulangi pertanyaannya.”

“Maa akhsanus-samaa’u yaa abiy?”

Lagi-lagi ayahnya menjawab:”Nujuu-muhaa…”. Tetapi si anak kembali bertanya dan si ayah kembali mengulangi jawaban yang sama.

Melihat peristiwa itu, Imam Ali berkata kepada sahabatny: “Sungguh, bahasa akan rusak kalau begini halnya…” Kemudian beliau menghampiri anak itu seraya berkata: “Apa sebenarnya yang ingin engkau katakan, hai anakku?”

“Aku ingin mengatakan kepada ayahku betapa indahnya langit ini..”

“Engkau ingin menyatakan kekagumanmu?”

“Benar”

“Kalau engkau mengagumi sesuatu, katakanlah dengan membuka mulutmu, agar orang tidak salah menjawab”

“Apa yang mesti aku katakan?”

“Ma Akhsanus samaa’a yaa abiy…”**(Dengan mengubah samaa’u menjadi samaa’a, artinya pun menjadi: Betapa indahnya langit ini, wahai ayah. Halini merupakan sabagian dari keluasan gramatika bahasa Arab)

Sang ayah pun kemudian muncul dan mengerti permasalahannya.

Dalam perjalanan pulang, Imam Ali berkata kepada Abul Aswad: “Tata bahasa Arab mesti disusun!”

Dan benarlah. Imam Ali kemudian menyusun, dibantu oleh Abul Aswad Ad-Dualy. Sahabat ini pun kemudian dikenal sebagai orang yang sangat memahami seluk-beluk tata bahasa Arab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar